Kamis, 02 Agustus 2018


HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MEMILIH MEDIA

Disusun oleh:
Munawir saputra
140401012

Program study:
Media Dakwah



LOGO 00 UIN AR-RANIRY.jpg




KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
 MARET 2018






BAB I

Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Hal yang perlu diperhatikan saat memilih media.
            Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan  bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
             Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
             Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   









DAFTAR ISI
BAB I
1.       Kata pengantar ................................................................................................................ i
2.       Daftar isi .......................................................................................................................... ii
3.       Latar belakang ...................................................................................................... 1

BAB II
Pembahasan
4.      Pengertian Media dakwah ................................................................................. 3
5.       Metode dakwah ................................................................................................ 5
6.       Karakter dakwah ,. ................................................................................................  7
7.       Manajemen dakwah ..............................................................................................  9
8.      Cara memilih media........... ............................................................................... 10
BAB III
9.      Kesimpulan dan Penutup ................................................................................. 12
10.  Daftar pustaka.................................................................................................. 13



A. LATAR BELAKANG
            Dalam menghadapi era globlalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan pada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat elektronika sebagai media penyampai informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyabaran informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.
Pelaksanaan aktivitas dakwah bagi muslim bukan hanya sebatas memberikan wejangan atau nasehat di atas panggung. Proses dakwah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media yang ada, bisa dengan harta benda yang dimiliki, bisa dengan perintah atau larangan bagi orang yang mempunyai kekuasaan , bisa memakai senyuman atau menghibur sesamanya, atau dengan aktivitas lainnya.
Banyak media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media masa seperti Koran, radio, televisi, bulletin dan lain sebagainya. Namun ada juga sarana yang dianggap cukup efektif, dapat tersebar luas, tahan lama hingga dapat disimpan dalam waktu lama, selalu dapat didiskusikan untuk penyempurnaanya, dan banyak lagi keunggulan yang dimiliki, walaupun memang tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Sebagai akibatnya buku dapat dijadikan sebagai alternative yang cukup representative sebagai sarana dakwah.[1] 
Di era informasi canggih seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah masih hanya menggunakan pengejian di musholla yang hanya diikuti oleh mereka yang hadir di sana. Penggunaan media-media komunikasi modern adalah sebuah keniscayaan yang harus dimanfaatkan keberadaanya untuk kepentingan menyampaikan ajaran Islam atau dakwah islam. Setidaknya harus dikemas dalam beraneka macam cara dan sarana dengan satu tujuan dapat berlangsung lebih efektif , tidak ketinggalan zaman dan sukses menggapai hasil. Yang penting dapat mengajak manusia ke jalan Tuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Media Dakwah?
B.     Kepada siapa materi dakwah disampaikan?
C.     Apa metode dakwah yang digunakan?
D.    apa Karakter dakwah?
E.     Bagaimana cara memanajemen dakwah?
F.      Bagaimana cara memilih media dalam berdakwah?
C. TUJUAN
a.       Untuk mengetahui pengertian Media dakwah
b.      Untuk mengenal sasaran dakwah yang ingin disampaikan
c.       Untuk mengetahui cara atau metode yang digunakan dalam berdakwah
d.      Untuk mengenal karakter dakwah
e.       Untuk mengetahui cara memanejemen dakwah
f.       Untuk mengetahui cara memilih media yang tepat dalam berdakwah















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
            Kata Media berasal dari bahasa latin, Median yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.[2]  Wilburn Scharm (2007) mendevinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran . Contoh: Buku, Film, Video, kaset, slide dan sebagainya.[3] Sedangkan Dakwah Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan).Orang yang berdakwah disebut Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut mad’u.[4] Maka dari pengertian diatas berdasarkan perspektif ilmu komunikasi Media dakwah berarti alat perantara yang digunakan oleh si pemberi pesan kepada khalayak.
Agar pesan tersebut diterima dengan baik maka seorang Da’i penting sekali terlebih dahulu memilih media yang tepat.

B. Kepada siapa pemateri dakwah disampaikan
Seseorang yang menjadi target penda’i  disebut dengan Mad’u/Audiens/Khalayak.
   Secara etimolgi kata mad’u berasal dari bahasa Arab,di ambil dari bentuk isim maf’ul (kata yang menunjukan objek atau sasaran). Menurut terminologi mad’u adalah orang atau kelompok yang lazim di sebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang Da’i, baik mad’u itu orang dekat atau jauh, muslim atau non-muslim, laki-laki atau perempuan. Seorang Da’i akan menjadikan mad’u sebagai objek bagi transformasi keilmuan yang di milikinya.
            Mad’u adalah objek dakwah bagi seorang da’i yang bersivat individual, kolektif atau masyarakat umum. Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsrur yang pentig dalam dakwah yang tidak kalah peranannya di bandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya di pelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah dari seorang da’i hendaknya memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat.

1.  Klasifikasi Mad’u
.      Menurut Abdul Karim Zaidan klasifikasi mad’u menurut sikapnya terhadap dakwah dibagi menjadi empat yaitu :
a)      Al-mala’ (penguasa)
Al-mala’ adalah kaum eksekutif masyarakat yang memiliki pengaruh besar hal demikian karna kemampuan mereka untuk mengakomodasi masa dan pengaruhnya dalam membentuk opini-opini public.
b)      Jumhur An-nas (mayoritas masyarakat)
Menurut Abdul Karim Zaidan, jumhur an-nas adalah orang yang paling tanggap menerima seruan dan ajakan dakwah. Hal demikian, kiranya dapat ditinjau dari dua perspektif historis dan psikologis. Di tinjau dari perspektif historis, mayoritas manusia yang merupakan kaum lemah secara faktual adalah mereka yang paling simpatik dan cepat menerima seruan dakwah para rasul. Hal ini banyak tersurat dalam al-qur’an maupun sirah nabi. Adapun dari perspektif psikologis mayoritas manusia yang merupakan kaum yang lemah adalah mereka yang selalu melawan penindasan kaum penguasa. Dalam kondisi ini , mereka senantiasa mendambakan tampilnya sosok yang berani bersama-sama memperjuangkan nasib mereka.Dan para rasul dan dakwah nya membawa ajaran kebebasan.
c)      Al-munafiqun
Adalah oranag-orang yang menentang dakwah namun tidak terlihat.
d)     pelaku maksiat
adalah mereka yang secara batin masih memiliki pijakan yang kuat dalam agama,
             Sedangkan secara umum mad’u menurut imam habib abdillah haddad dapat di kelompokan dalam delapan 8 delapan kelompok, yaitu :
1.      Para ulama
2.      ahli zuhd dan ahli ibadah
3.      penguasa dan pemerintah
4.      kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya
5.      fakir miskin orang lemah
6.      anak istri dan kaum hamba sahaya
7.      orang awam yang taat dan yang berbuat maksiat
8.      orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosulnya.[5]

C. Metode dakwah
            Pertama, Hikmah (kebijaksanaan). Hikmah menurut bahasa adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Itu merupakan arti kata hikmah secara ethimologi. Tetapi ada juga lafadz hikmah dalam al-Qur’an yang berarti sunnah nabawiyyah, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Jum’ah:2. Sedangakan artihikmah menurut terminologi, Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya, bahwa hikmah mengandung arti tafsir al-Qur’an, kesesuaian antara perkataan ilmu fiqh dan al-Qur’an, mengerti, akal, dan paham betul terhadap ajaran agama. Dalam hal
ini Sayyid Kutub mengatakan bahwa dakwah dengan metode hikmah itu adalah dimana seorang da’i memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat sebelummenentukan tema yang akan disampaikan, dan juga berarti sebagai kemampuanseorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah, hingga bisa dipahami oleh masyarakat dengan mudah. Maka dengan hikmah ini, seorang juru dakwah dianjurkan untuk menyampaikan tema-tema yang faktual serta ril, memperhatikan problematika masyarakat yang berkembang, kemudian mencoba untuk mencari dan menawarkan solusinya menurut tuntunan agama Islam.[6]
Kedua, al-Mau’izhatul Hasanah.Mau’izhah secara bahasa artinya adalah nasihat, adapun secara istilah adalah nasihat yang efisien dan dakwah yang memuaskan, sehingga pendengar merasa bahwa apa yang disampaikan da’i itu merupakan sesuatu yang dibutuhkannya, dan bermanfaat baginya. Sedangkan kalau digandeng dengan kata hasanah, maka maksudnya adalah dakwah yang menyentuh hati pendengar dengan lembut tanpa adanya paksaan.[7] Sedangkan Quraish Shihab mengartikan mau’izhah dengan uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan.[8] Menurut Hamka, mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Menurutnya termasuk kategori mau’izhah hasanah adalah pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-perguruan.[9] Kalau melihat penjelasan Hamka, jelas sekali dakwah dengan metode mau’izhah hasanah memiliki cakupan yang luas bukan hanya digunakan ketika menyampaikan dakwah di masyarakat umum, tetapi lingkungan keluarga, kampus dan lain sebagainya.
Yang ketiga adalah jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Kata ‘Jadilhum’ terambil dari kata ‘jidal’ yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.[10]
            Menurut Hamka, Kalau terpaksa timbul perbantahan atau pertukaran fikiran, yang di zaman kita ini disebut polemic, ayat ini menyuruh agar dalam hal yang demikian, kalau sudah tidak dapat dielakkan lagi, pilihlah jalan yang sebaik baiknya. Diantaranya ialah memperbedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah. Misalnya, seseorang yang masih kufur, belum mengerti ajaran Islam, lalu dengan sesuka hatinya saja mengeluarkan celaan kepada Islam, karena bodohnya. Orang ini wajib dibantah dengan jalan yang sebaik-baiknya, disadarkan dan diajak kepada jalan fikiran yang benar, sehingga dia menerima. Tetapi kalau terlebih dahulu hatinya disakitkan, karena cara kita membantah yang salah, mungkin dia enggan menerima kebenaran, meskipun hati kecilnya mengakui, karena hatinya disakitkan.[11]

D. Karakter dakwah
            Dalam terminologi Islam, karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (Ø®َÙ„َÙ‚َ) yang berarti   perangai, tabiat, adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk mufradnya adalah khuluqun (Ø®ُÙ„ُÙ‚ٌ) yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi persesuaian dengan perkataan khalqun (Ø®َÙ„ْÙ‚ٌ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq (Ø®َالِÙ‚) yang artinya pencipta, dan makhluk (Ù…َØ®ْÙ„ُÙ‚ٌ) yang artinya yang diciptakan.[12]
            Berikut adalah beberapa karakter dalam dakwah Islamiyah yang mencakup enam hal,[13]
1. Prinsip dasar yang berhubungan dengan materi dakwah.
            a. Mendakwahkan sesuatu yang paling penting, kemudian yang penting.
            b. Mendakwahkan sunnah dan memberikan peringatan terhadap bahaya bidah.
2. Prinsip dasar yang berhubungan dengan juru dakwah.
            a. Ikhlas
 Dakwah tidak akan berhasil kecuali jika semua per-kataan, perbuatan, dan niat serta tujuannya benar-benar ikhlas karena Allah, karena dakwah adalah ibadah. Dan disyaratkan keikhlasan dan muttaba’ah. Amal itu tidak akan menjadi baik, sehingga ia ikhlas dan benar.
b. Ilmiah
 (dakwah dengan ilmu dan bashirah). Seorang dai yang lurus menyifati dirinya dengan keilmuan dan bashirah yang benar sesuai dengan apa yang dikehendaki Alloh an rasul-Nya.
c. Sikap santun dan sabar.
 3. Prinsip dasar yang berhubungan dengan objek atau sasaran dakwah
a. Bijaksana.
4. Prinsip dasar yang berhubungan dengan metode dakwah.
a. Hikmah
            b. Nasihat
c.  Debat (al-jadal)
d. Jihad
e. Melunakkan hati
f. Hajr (boikot)
g. Amar ma’ruf nahi munkar.
5. Prinsip dasar yang berhubungan dengan media atau wasilah dakwah.
 a. Media-media yang bersifat biasa.
 b. Media-media yang bersifat ibadah.
6. Prinsip dasar yang berhubungan dengan tujuan dari dakwah.
            Dakwah Islamiyah memiliki beberapa karakter yang membedakannya dengan dakwah-dakwah yang lain. Disini akan disebutkan secara ringkas sebagai berikut:
1. Rabbaniyah artinya bersumber dari wahyu Allah Swt.
2. Washatiyah artinya tengah-tengah atau tawazzun
3. Ijabiyah artinya positif dalam memandang alam, manusia dan kehidupan
4. Waqi’iyyah artinya realistis memperlakukan individu dan masyarakat
5. Akhlaqiyyah artinya sarat dengan nilai-nilai kebenaran, baik dalam sarana maupun tujuannya
6. Syumuliyah artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajny
7. ‘Alamiyah artinya bersifat mendunia (Global)
8. Syuriyah artinya berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya
9. Jihadiyah artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi Islam dan mencegah tersebarnya dakwah dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya
10. Salafiyah artinya menjaga orisinilitas dalam pemahaman aqidah.

E. Manajemen Dakwah
            “Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usahda dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan” Stoner.[14]
Setiap usaha atau pekerjaan apapun tujuannya, hanya bisa berjalan dengan baik dan lancar jika direncanakan dengan baik dan matang. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan dakwah Islam. Kegiatan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efesien, apabila sebelumnya dilakukan persiapan perencanaan secara matang. Perencanaan adalah suatu arah dan tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.[15] Dengan adanya persiapan dan perencanaan yang baik dan matang, tentu penyelenggaraan kegiatan dakwah semakin meningkat, lancar dan lebih terarah sebagaimana yang diharapkan. Dalam perencanaan dakwah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikanantara lain sebagai berikut:
1. Perhitungan Dakwah Masa Depan
            pentingnya diperhatikan yang mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan dakwah di masa depan antara lain:
a. Kondisi Internal Kegiatan dakwah di masa-masa yang akan datang pada dasarnya ditentukan oleh subyek atau penyelenggara kegiatan dakwah itu sendiri. Bagaimanapun bagusnya perencanaan dan susunan kepanitiaan dalam kegiatan dakwah, tanpa didukung petugas-petugas yang baik, kegiatan dakwah itu hanya akan baik dan bagus di atas perencanaan kertas saja. Oleh karena itu pimpinan dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah harus bersikap aktif agar bersemangat melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah sebagaimana yang telah direncanakan.
b. Situasi Ekternal
Pelaksanaan kegiatan dakwah, baik yang dilakukan dengan tujuan mengajak orang untuk memeluk agama Islam, maupun bertujuan menegakkan amar ma’ruf dan mencegah nahi munkar, begitu juga mengadakan perbaikan dan pembangunan masyarakat (ishlah) dalam segala bidang kehidupan. Perlu disadari bahwa kegiatan dakwah selalu berada dalam situasi yang memprihatinkan dan tidak menguntungkan, karena selalu ada hambatan dan penghalang terhadap kelancaran jalannya pelaksanaan kegiatan dakwah tersebut. Dari uraian di atas, jelas bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah yang bertujuan memperbaiki dan mengembangkan berbagai bidang yang dibutuhkan masyarakat ke arah tujuan dakwah, hanya dapat terlaksana secara baik, bilamana segala usaha dan kemampuan benar-benar diberikan dalam memperbaiki berbagai bidang atau sektor yang sudah terlebih dahulu diperhitungkan di dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.
           
F.Cara memilih media
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilik media adalah sebagai berikut:
1)      Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
2)      Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3)      Media yang dipilih sesuai kemampuan sasaran dakwahnya.
4)      Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5)      Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6)      Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7)      Efektivitas dan efesiensi harus diperhatikan.
Adapun yang menjadi masalah di sini adalah masalah memilih. Memilih tentu saja mengandung konsekuensi mengetahui dan menguasai cara memanfaatkan potensi yang dipilihnya. Tidak hanya memilih untuk disimpan atau dibiarkan saja. Karena sekarang adalah era globalisasi informasi, artinya di era tersebut terjadi penghilangan batas ruang dan waktu dari hasil perkembangan teknologi komunikasi.[16]















BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.    Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan dakwah sesuai dengan sasaran maka hal yang perlu diperhatikan adalah seorang penda’i harus memanejemen dakwahnya dengan sebaik mungkin berawal dari mencari tahu  siapa sasaran dakwah yang akan dituju, dan metode yang akan gunakan serta media apa yang paling tepat untuk diaplikasikan.

B.     Penutup
            Demikian makalah ini kami, mohon kritikan dan sarannya agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.



[1]Yunus Hasyim Syam, manajemen dakwah , hal 41

[2]Asmuny Syukir 1986:17
[3]At-tabsyir, jurnal komunikasi penyiaran islam
[4]Mad’u (Saputra, 2012: 1).

[6]Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015
[7]http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html. Diakses, 02 Februari 2015.
[8]Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an”, Vol.6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.775.
[9]Hamka, Tafsir Al-Azhar…hlm.321
[10]Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah….hlm.775-776
[11]Hamka, Tafsir Al-Azhar….hlm.321-322.
[12] https://makalahnih.blogspot.co.id/2014/09/makalah-nilai-nilai-karakter-dakwah.html
[13]Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah-penerjemah Beni Sarbeni, Jakarta: Darul Haq, 2008, cet. ke-1, hlm. 29.

[14]http://rocketmanajemen.com/pengertian-manajemen/ 11 Apr. 18, 2.58 wib
[15]M. Munir, dkk., Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), hlm. 94.
[16]Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hal 113-115



Tidak ada komentar:

Posting Komentar